Finish Ibadah Bukan Idul Fitri, Akan Tetapi Sampai Kita Mati

AQIDAH
Bagikan Artikel Ini

Dalam kehidupan seorang Muslim, ibadah bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan dalam satu waktu tertentu, seperti bulan Ramadhan atau saat perayaan Idul Fitri. Sebaliknya, ibadah adalah kewajiban yang harus dilakukan secara terus-menerus hingga akhir hayat. Islam menegaskan bahwa kehidupan manusia di dunia adalah ujian, dan selama hayat masih dikandung badan, seorang hamba wajib terus beribadah kepada Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)”. (QS. Al-Hijr :99)

Ayat ini menjelaskan bahwa seorang Muslim wajib beribadah kepada Allah hingga ajal menjemput. Ibadah tidak hanya dilakukan saat Ramadhan atau pada momen tertentu saja, tetapi sepanjang hidup.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari no. 6465, Muslim no. 783)

Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari, Jilid 11 Kitab Ar-Riqaq, Bab 18 memberikan komentar mengenai hadits di atas:

أَنَّ الْمُدَاوَمَةَ عَلَى عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ وَلَوْ كَانَ مَفْضُولًا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ عَمَلٍ يَكُونُ أَعْظَمَ أَجْرًا، لَكِنْ لَيْسَ فِيهِ مُدَاوَمَةٌ

Bahwasannya amalan baik yang sedikit namun dilakukan terus-menerus lebih dicintai oleh Allah dibandingkan amalan besar yang dilakukan sesekali

Hadits ini menegaskan bahwa ibadah yang konsisten dan berkelanjutan lebih utama dibandingkan ibadah yang hanya dilakukan sesekali atau saat momen tertentu saja. Konsistensi dalam beribadah menunjukkan ketakwaan dan kesungguhan seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Banyak orang yang semangat beribadah di bulan Ramadhan, namun setelah Ramadhan berlalu, semangat itu memudar. Padahal, seorang Muslim sejati seharusnya menjaga ibadahnya sepanjang hidup. Shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an, berzikir, serta menjalankan kewajiban lainnya harus terus dilakukan tanpa mengenal waktu. Padahal sejatinya dengan bulan Ramadhan itu membuktikan bahwa sebenarnya kita mampu serta bisa untuk melakukannya setiap hari ibadah yang mempunyai pahala luar biasa dengan catatan asal kita mau. Jangan sampai bulan Ramadhan hanya dijadikan sekedar peningkatan iman sementara.

Bila sekelas bulan Ramadhan tidak bisa merubah diri kita, dari kebiasaan buruk maka tangisilah diri kita. Barangkali pekatnya dosa, telah menghalangi mata hati kita dari terangnya hidayah Allah.

Seorang sahabat Rasulullah, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, pernah diberi nasihat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ

“Wahai ‘Abdullah janganlah seperti si fulan. Dahulu ia rajin shalat malam, sekarang ia meninggalkan shalat malam tersebut.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159).

Nasihat ini menunjukkan bahwa seorang Muslim tidak boleh hanya beribadah saat merasa bersemangat saja, tetapi harus berusaha menjaga ibadahnya hingga akhir hayat.

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْن

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap istiqomah (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS fushshilat :30)

Imam Al Maraghi di dalam kitab tafsirnya jilid 24 hal 128 mengartikan Istiqomah sebagai berikut:

الاستقامة: الاعتدال في الطاعة اعتقادا وقولا وفعلا مع الدوام على ذلك

“Tegak lurus di dalam keta’atan dalam hal keyakinan, perkataan dan perbuatan secara terus menerus”

Kita sering menyebut diri kita sebagai “hamba Allah”. Tapi hamba sejati tidak hanya taat saat ada momen-momen besar seperti Ramadhan. Hamba sejati adalah mereka yang tetap berdiri di atas jalan ibadah di saat orang lain lengah. Tetap menjaga salat malam meski sunyi. Tetap membaca Qur’an walau tak lagi ada challenge 30 juz. Tetap menundukkan pandangan meski tidak ada yang melihat.

“Ketaatan kepada Allah itu seperti air bagi ikan. Apa jadinya ikan tanpa air? Maka begitulah hamba tanpa ibadah”.

jiwa kita akan kosong tanpa ibadah. Dunia ini terlalu keras untuk dijalani tanpa hubungan yang kuat dengan Allah. Maka jangan tunggu datangnya Ramadhan berikutnya untuk kembali dekat. Dekatlah sekarang. Bertahanlah sampai akhir

Idul Fitri bukanlah tanda berakhirnya ibadah, melainkan hanya momentum perayaan setelah menjalankan kewajiban shaum Ramadhan. Seorang Muslim sejati tidak berhenti beribadah setelah Idul Fitri, tetapi terus beribadah sampai ajal menjemputnya. Maka jangan pernah berhenti.

Ibadah itu bukan lomba sebentar, bukan tren sesaat. Ini perjalanan menuju surga. Dan hanya mereka yang terus melangkah meski pelan yang akan sampai. Mari kita lanjutkan kebiasaan baik pasca-Ramadhan. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang istiqomah dalam beribadah hingga akhir hayat sehingga pantas menjadi ahli surga sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. Aamiin.

Penulis : Fajri Abdurrahman


Bagikan Artikel Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *