Seorang perempuan wajib menutup aurat baik dalam shalat maupun di luar shalat. Bahkan tidak akan diterima shalatnya bila tidak menutup aurat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ حَائِضٍ إِلَّا بِخِمَارٍ.
Dari Aisyah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda: “Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah haidl (baligh), kecuali dengan memakai tutup kepala.” (HR. Imam yang lima kecuali An-Nasai)
Adapun batasan aurat bagi perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Berdasarkan keterangan sebagai berikut.
Rasulullah Saw. bersabda kepada Asma’:
يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
“Wahai Asma`, sesungguhnya seorang wanita jika telah baligh tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini (sambil beliau memberi isyarat pada wajah dan kedua telapak tangannya)”. (HR. Abu Dawud dan Al-Baihaqi)
Sehubungan dengan firman Allah Swt.:
وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.” (QS. An-Nur: 31)
Kalimat Laa yubdiina ziinatahunna (janganlah mereka menampakkan perhiasannya) menunjukkan bahwa wanita diwajibkan menutup ziinah (perhiasan) di samping auratnya. Adapun ziinah yang dimaksud adalah perhiasan berupa anting, kalung, gelang tangan dan gelang kaki sebagaimana yang diterangkan oleh Ibnu Mas’ud dalam Tafsir Ibnu Katsir.
Sedangkan maksud Maa zhahara minhaa (apa yang biasa Nampak daripadanya) adalah wajah dan al-Kaffu (telapak tangan) sebagaimana dijelaskan oleh Sa’id bin Jubair dan Atha.
عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ فِي قَوْلِهِ : {وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا}قَالَ : الْوَجْهُ وَ الْكَفُّ.
Dari Sa’id bin Jubair, (tentang Firman Allah Ta’ala), “dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.” Ia berkata, “perhiasan yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan”. (HR. Ath-Thabari)
عَنْ عَطَاءٍ قَالَ: الْكَفَّانِ وَ الْوَجْهُ
Andaikan muka dan al-Kaffu (kedua telapak tangan) itu aurat tentu bagi perempuan yang sedang ihram kedua macam anggota badan itu tidak boleh terlihat. Namun kenyatannya Rasulullah melarang perempuan yang sedang ihram memakai niqab dan sarung tangan. Sebagaimana dalam hadis berikut:
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَنْتَقِبْ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ
Nabi Saw bersabda, “Perempuan yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah) dan sarung tangan”. (HR. Al-Bukhari)
Diperkuat pula oleh hadits-hadits lain yang menunjukkan tidak disyari’atkannya menutup muka dan telapak tangan.
أَرْدَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَضْلَ بْنَ عَبَّاسٍ يَوْمَ النَّحْرِ خَلْفَهُ عَلَى عَجُزِ رَاحِلَتِهِ وَكَانَ الْفَضْلُ رَجُلًا وَضِيئًا فَوَقَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنَّاسِ يُفْتِيهِمْ وَأَقْبَلَتْ امْرَأَةٌ مِنْ خَثْعَمَ وَضِيئَةٌ تَسْتَفْتِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَفِقَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا وَأَعْجَبَهُ حُسْنُهَا فَالْتَفَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا فَأَخْلَفَ بِيَدِهِ فَأَخَذَ بِذَقَنِ الْفَضْلِ فَعَدَلَ وَجْهَهُ عَنْ النَّظَرِ إِلَيْهَا
“Pada hari Iedul Kurban, Al Fadhl bin Abbas pernah membonceng Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibelakang hewan tunggangannya, Al Fadhl adalah orang yang cakap wajahnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti sejenak untuk memberi fatwa di hadapan orang-orang, ternyata ada seorang wanita berwajah cantik dari Khats’am datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta fatwa, mulailah Al Fadhl memandang wanita tersebut, ia merasa kagum dengan kecantikannya, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh ke arah Al Fadhl, dia masih saja memandangi wanita tersebut, akhirnya beliau memutar tangan ke arah belakang dan memegang dagu Al Fadhl serta memalingkan wajahnya ke arah lain……..”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي قَالَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَعَّدَ النَّظَرَ فِيهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ
Dari Sahl bin Sa’d As Sa’idi ia berkata, seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku datang untuk menghibahkan diriku untuk Anda.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memandangi wanita itu, beliau arahkan pandangannya ke atas dan ke bawah, lalu beliau menundukkan kepalanya…..”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim.)
Kesimpulan:
1. Wajah dan kedua telapak tangan perempuan tidak termasuk aurat.
2. Perempuan tidak disyariatkan memakai cadar.
Penulis: Ni’mah Putri Ardianti
Sumber: Buku Dewan Hisbah Ikhtisar 10 Masalah Seputar Shalat & Cadar Vol.2
Alhamdulillah..