Setiap tahun, umat islam di seluruh dunia memperingati Hari Raya Idul Adha, yaitu hari raya menyembelih hewan ternak seperti unta, sapi atau kambing sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Bagi Sebagian orang, qurban mungkin hanya dipandang sebagai ritual penyembelihan hewan semata, namun sebenarnya ibadah ini menyimpan makna yang sangat mendalam. Ia bukan hanya persoalan daging atau darah yang tertumpah, tetapi tentang ketundukan, keikhlasan, dan transformasi spiritual.
Dalam tulisan ini, kita akan mengupas lebih jauh tentang makna tersembunyi dari ibadah qurban yang kerap luput dari perhatian. Ibadah ini adalah symbol dari pengorbanan, ketaatan, dan kepedulian sosial yang menjembatani hubungan antara manusia dengan Allah, juga antar sesama manusia.
1. Qurban dalam lintasan sejarah
Asal-usul ibadah qurban bersumber dari kisah Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail As. Ketika Nabi Ibrahim As menerima perintah melalui mimpi untuk menyembelih putranya, ia tidak ragu untuk menaati perintah tersebut meski secara naluri manusiawi itu adalah sesuatu yang sangat berat. Nabi Ismail pun, sebagai seorang anak, tidak menolak. Ia bahkan mendukung tindakan ayahnya karena memahami bahwa itu adalah perintah dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”(QS Ash-Shaffat: 102)
Kemudian, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor hewan sembelihan:
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
“Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar” (QS Ash-Shaffat: 107)
Kisah ini menjadi landasan utama dari ibadah qurban. Namun, yang perlu dicermati adalah bahwa esensi dari perintah tersebut bukanlah semata-mata penyembelihan, melainkan ketundukan total terhadap perintah Ilahi. Baik Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail menunjukkan kepasrahan yang sempurna, tanpa syarat dan penuh keihklasan.
2. Makna Spiritual: Ketundukan dan Keikhlasan
Qurban adalah cerminan dari totalitas penghambaan seorang hamba kepada Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada banyak pilihan yang menguji prioritas antara kehendak pribadi dan kehendak Allah. Qurban mengajarkan kita untuk mendahulukan perintah Allah di atas segala-galanya, bahkan bila itu berarti mengorbankan sesuatu yang sangat kita cintai.
Hewan qurban menjadi gambaran dari hal-hal duniawi yang kita sayangi seperti harta, jabatan, gengsi, bahkan ego. Menyembelih hewan qurban adalah simbol dari menyembelih keakuan kita. Allah berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketaqwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.(QS Al-Hajj: 37)
Tujuan utama dari qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih, bukan hanya sekedar mendapatkan dagingnya. Itulah hakikat ibadah. Allah menilai niat dan ketaqwaan hati, bukan bentuk lahiriahnya.
3. Makna Sosial: Kepedulian dan Solidaritas
Qurban juga mengandung nilai sosial yang sangat kuat. Daging qurban didistribusikan kepada yang membutuhkan, menciptakan rasa kebersamaan dan kesetaraan. Berbagi dalam islam adalah jalan untuk menumbuhkan empati dan mengikis kesenjangan sosial.
Allah SWT berfirman:
فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ
Maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta.(QS Al-Hajj: 36)
Dan Rasulullah juga bersabda:
فَكُلُوا وَادَّخِرُوا وَتَصَدَّقُوا
Maka makanlah, simpan dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari 3643)
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, bahwa qurban bukan hanya penghambaan kepada Allah, tetapi juga penguatan solidaritas sosial dalam masyarakat muslim.
4. Qurban sebagai Pendidikan Moral
Dalam keluarga, qurban adalah sarana pendidikan moral dan spiritual yang luar biasa. Anak-anak yang melihat ibadah qurban secara langsung akan menyaksikan nilai-nilai keimanan, pengorbanan, dan kasih sayang terhadap sesama. Imam Al Ghazali berkata:
اعْلَمْ أَنَّ الطَّرِيقَ فِي رِيَاضَةِ الصِّبْيَانِ مِنْ أَهَمِّ الْأُمُورِ وَأَوْكَدِهَا والصبيان أَمَانَةٌ عِنْدَ وَالِدَيْهِ وَقَلْبُهُ الطَّاهِرُ جَوْهَرَةٌ نَفِيسَةٌ سَاذَجَةٌ خَالِيَةٌ عَنْ كُلِّ نَقْشٍ وَصُورَةٍ وَهُوَ قَابِلٌ لِكُلِّ مَا نُقِشَ وَمَائِلٌ إِلَى كُلِّ مَا يُمَالُ بِهِ إِلَيْهِ
“Ketahuilah cara mendidik anak termasuk masalah yang paling penting dan paling urgen. Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hati mereka suci, mutiara berharga, bersih dari segala ‘ukiran’ dan rupa. Hati anak-anak menerima setiap ‘ukiran’ dan cenderung pada ajaran yang diberikan kepada mereka,” (Ihya Ulumudin : jilid 3 Halaman 76)
Melalui qurban, anak-anak belajar bahwa hidup bukan hanya tentang kepemilikan, tetapi tentang pengorbanan dan keikhlasan dalam memberi.
5. Menghidupkan Semangat Qurban di Luar Musimnya
Sayangnya, semangat qurban seringkali hanya hidup beberapa hari dalam bulan Dzulhijjah. Padahal, makna qurban sangat relevan untuk diterapkan sepanjang tahun.
Qurban sosial: mengorbankan waktu untuk membantu orang lain.
Qurban emosional: menahan ego untuk menjaga hubungan.
Qurban materil: menyumbangkan Sebagian harta untuk yang membutuhkan.
Jalan menuju Allah bukan dengan banyaknya amal lahir, akan tetapi dengan keikhlasan dalam setiap amal yang dilakukan, termasuk dalam berqurban.
Qurban bukanlah sekedar ritual penyembelihan hewan, melainkan sarat dengan pesan-pesan spiritual, sosial dan moral yang mendalam. Ia mengajarkan kita untuk tunduk kepada Allah, berempati kepada sesama, dan mendidik hati untuk ikhlas dalam memberi. Dalam dunia yang semakin terpecah karena sikap mementingkan diri sendiri, ibadah qurban menjadi fase yang menyegarkan nilai-nilai kemanusiaan dan ketauhidan.
Maka, mari kita hayati ibadah qurban bukan hanya sebagai kewajiban tahunan, melainkan sebagai pengingat abadi akan pentingnya pengorbanan, keikhlasan, dan kepedulian. Karena sejatinya, yang Allah kehendaki bukan darah dan daging, melainkan hati yang tunduk dan bersih.
Penulis: Fajri Abdurrahman