RITUAL SESAT KELOMPOK SYI’AH : TELAAH KRITIS PERSPEKTIF AHLU SUNNAH

AQIDAH
Bagikan Artikel Ini

Islam diturunkan sebagai agama tauhid yang suci dan lurus, sebagaimana firman Allah:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Ar Rum:30)

Namun seiring berjalannya waktu, muncul berbagai kelompok yang menyimpang dari ajaran islam yang murni. Salah satunya adalah kelompok syi’ah, yang telah mengalami penyimpangan dalam akidah, ibadah, serta pengkultusan terhadap individu tertentu, seperti para imam mereka. Dalam tulisan ini, kita akan menyoroti beberapa ritual sesat dalam kelompok syi’ah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar islam.

1. Pengkultusan Berlebihan terhadap Ahlul Bait

Salah satu ciri khas Syiah adalah penghormatan yang berlebihan terhadap Ahlul Bait, khususnya Ali bin Abi Thalib dan para imam dari keturunannya, yang sering melampaui batas.

Syiah Itsna ‘Asyariyah (Imamiyah) meyakini bahwa para imam (12 imam) memiliki sifat maksum (terpelihara dari dosa) dan memiliki ilmu ghoib, bahkan lebih tinggi dari para nabi. Sebagaimana yang tercantum di dalam kitab hadits kelompok syiah: “imam mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari mereka” (al-kulaini, al-kafi, 1/261).

Islam hanya menetapkan kemaksuman pada para Rasul dan tidak ada manusia setelah Rasulullah ﷺ yang maksum.

لِّيَغْفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْۢبِكَ وَمَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُّسْتَقِيْمًاۙ

agar Allah memberikan ampunan kepadamu (Nabi Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang akan datang, menyempurnakan nikmat-Nya atasmu, menunjukimu ke jalan yang lurus, (QS Al-Fath:2)

para sahabat yang mulia termasuk Ali bin Abi Thalib tidak pernah mengklaim dirinya maksum. Sebaliknya Rasulullah ﷺ bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah bertaubat. (HR.Tirmidzi 2499)

2. Ritual Peringatan Asyuro dengan Penyiksaan Diri

Setiap tanggal 10 Muharram, syiah memperingati kematian Husen bin Ali di Karbala dengan cara-cara yang tidak diajarkan Islam. Mereka mengadakan prosesi menangis, meratap, memukul tubuh dengan rantai, bahkan melukai kepala dengan pedang (tatbir). Mereka menyebut Tindakan ini sebagai bentuk ta’ziah dan kecintaan terhadap Ahlul Bait.

Dalam islam, meratap dan menyakiti diri sendiri adalah perbuatan yang dilarang. Rasulullah ﷺ bersabda:

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا زُبَيْدٌ الْيَامِيُّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Zubaid Al Yamiy dari Ibrahim dari Masruq dari ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata; Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda: “Bukan dari golongan kami siapa yang menampar-nampar pipi, merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (meratap) “.(HR Al Bukhari : 1212)

3. Mut’ah (Nikah Kontrak)

Syiah memperbolehkan nikah mut’ah, yaitu pernikahan yang dibatasi waktu tertentu (misalnya satu minggu, satu hari, bahkan satu jam), dengan imbalan tertentu. Ini adalah praktik yang sangat kontroversial dan bertentangan dengan hukum pernikahan dalam Islam. Mereka berpegang pada ayat:

ۗ فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِهٖ مِنْهُنَّ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ فَرِيْضَةً ۗ

Karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah kepada mereka imbalannya (maskawinnya) sebagai suatu kewajiban. (QS An Nisa :24)

Namun, mayoritas para ulama menafsirkan bahwa mut’ah telah diharamkan secara nasikh (penghapusan hukum) melalui sabda Rasulullah ﷺ

عَن الرَّبيِْع بن سَبْرَة عَنْ أَبِيْه ِرضى الله عنه أَنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : ياَ أَيَّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ كُنْتُ أَذِنْتُ لَكُمْ فِي الاسْتِمْتاَعِ مِنَ النِّسَاءِ , وَ إِنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ ذلِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ , فَمَنْ كاَنَ عِنْدَهُ مِنْهُنَّ شَيْءٌ فَلْيُخْلِ سَبِيْلَهُ , وَ لَا تَأْخُذُوْا مِمَّا آتَيْتمُوْهُنَّ شَيْئاً ” .

Dari Rabi` bin Sabrah, dari ayahnya Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: “Wahai, sekalian manusia. Sebelumnya aku telah mengizinkan kalian melakukan mut’ah dengan wanita. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkannya hingga hari Kiamat. Barangsiapa yang mempunyai sesuatu pada mereka , maka biarkanlah! Jangan ambil sedikitpun dari apa yang telah diberikan” (HR Muslim: 1406)

4. Takfir (Mengkafirkan) Sahabat Nabi ﷺ

Syiah secara umum memandang kebanyakan sahabat Nabi murtad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, kecuali beberapa nama seperti Ali, Salman Al-Farisi, Miqdad, dan Abu Dzar. Mereka juga melaknat Abu Bakar dan Umar, bahkan menganggap keduanya sebagai perampas kekhalifahan. Dalam kitab mereka disebutkan:

“sesungguhnya Abu Bakar dan Umar adalah berhala Quraisy” (al-kulaini, Rawdat al-Kafi, 8/246)

Ini jelas merupakan penyimpangan besar. Dalam Al-Qur’an, Allah memuji para sahabat:

وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (QS At-Taubah: 100)

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘ahnu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya. (HR Bukhari : 3673; Muslim: 2541)

5. Taqiyyah (Berbohong demi Kepentingan Agama)

Dalam syiah, taqiyyah adalah ajaran resmi. Mereka mengajarkan bahwa berbohong untuk menyembunyikan keyakinan di hadapan orang luar adalah ibadah dan kewajiban, terutama jika dianggap dalam bahaya atau tekanan. Al-Kulaini menyebutkan : Taqiyyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku.(Al-Kafi:2/217)

Dalam islam, berbohong adalah dosa besar dan tidak dibolehkan kecuali dalam kondisi sangat darurat dan terbatas, bukan sebagai prinsip keyakinan. Rasulullah ﷺ bersabda:

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ

Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka (HR Bukhari:6094)

Para ulama tidak sembarangan mengkafirkan syiah, kecuali jika meyakini hal-hal yang membatalkan syahadat, seperti kengkafirkan sahabat, meyakini imam maksum. Namun mayotitas ulama sepakat bahwa ajaran syiah imamiyah itsna asyariyyah mengandung banyak penyimpangan serius dalam akidah, ibadah dan syariat serta ritual-ritual mereka sangat bertentangan dengan ajaran islam yang shahih.

Cinta kepada Ahlul Bait adalah bagian dari keimanan. Rasulullah ﷺ mencintai keluarganya dengan tulus, menjunjung tinggi kehormatan mereka tanpa menyalahi tauhid dan tanpa menurunkan martabat para sahabatnya. Namun sebagian kelompok, seperti Syiah Itsna ‘Asyariyah, menjadikan cinta kepada Ahlul Bait sebagai justifikasi untuk keyakinan yang menyimpang. Mereka mengangkat para imam setara bahkan melebihi para nabi, menisbatkan sifat maksum kepada manusia selain Rasul, serta mencela dan mengkafirkan mayoritas sahabat.

Tragedi Karbala memang menyayat sejarah Islam—sebuah musibah besar yang menimpa cucu Rasulullah ﷺ, Husain bin Ali. Namun peringatan terhadap tragedi ini tidak boleh melampaui batas syariat. Meratap, menyiksa diri, melukai tubuh, dan menyebar kebencian bukanlah bentuk kesetiaan kepada Ahlul Bait, melainkan pelanggaran terhadap ajaran Islam yang suci. Syariat melarang menyakiti diri dan menyeru dalam seruan jahiliyah, apalagi menjadikan hal itu sebagai ibadah tahunan.

Di tengah gelombang kebid’ahan dan ideologi sesat yang terus menyebar, umat Islam harus kembali teguh pada Sunnah Nabi ﷺ dan manhaj (metode pemahaman) para sahabat. Hanya dengan itulah aqidah akan tetap lurus, dan kemurnian Islam bisa terjaga. Sunnah adalah cahaya yang menerangi jalan hidup umat. Menyimpang darinya hanya akan membawa kepada kegelapan bid’ah dan kehancuran iman.

Mari kita buktikan cinta kepada Ahlul Bait dengan mengikuti jalan yang mereka ridhai—jalan Al-Qur’an dan Sunnah. Ambil pelajaran dari Karbala dengan sikap sabar, tegar, dan taat kepada Allah, bukan dengan emosional tanpa ilmu. Dan mari kita luruskan barisan: bersama Sunnah, kita selamatkan aqidah!

Penulis Fajri Abdurrahman


Bagikan Artikel Ini

4 thoughts on “RITUAL SESAT KELOMPOK SYI’AH : TELAAH KRITIS PERSPEKTIF AHLU SUNNAH

Tinggalkan Balasan ke Farid Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *